Sabtu, 20 April 2013

Go-Fight-Win, Rafif!

Hari ini, kabar baik kembali menghampiri.

Rafif Muhammad lolos seleksi untuk mewakili Indonesia di Asia-Pacific Moot Court Competition. He will be going to Tokyo, Japan, by the end of May as the youngest delegate from Indonesia. FYI, his team is the only one that will be sent to the competition since it has beaten other dozens coming from many universities throughout Indonesia. Dan Rafif adalah satu-satunya mahasiswa baru di dalamnya.

Mendengarnya, gue merinding. Hampir nangis malahan, saking senang dan terharunya. Tapi bersamaan dengan itu, rasanya kayak ditampar bolak-balik. Gimana nggak?

Gue pertama kali kenal Rafif dulu di OSIS, tapi memang kita tergolong jaraaang banget ngobrol. Kasusnya nggak jauh beda lah sama Adnil. Naik ke kelas dua, gue dan dia sama-sama resign dari OSIS. Gue memutuskan buat fokus ngurus Halim 77, ekstrakurikuler gue saat itu. Rafif kemudian join jadi panitia salah satu proker ekskul gue, OASIS IV, pentas seni SMA 1 Bekasi tahun 2011. He is the trusted one, gue banyak banget minta bantuan dia (lebih tepatnya asal tarik) buat jadi koordinator salah satu tim pencari sponsor. Gue termasuk sangat mempercayai dia, karena dia memang sebagus itu. Lepas dari OASIS, tepatnya di awal kelas dua belas, gue dan dia diminta sekolah untuk ikut lomba debat di Kementerian Perdagangan. Kami pun kemudian ditempatkan di satu tim, dan pencarian third speaker pun dimulai....... Awalnya Adnil sempat gabung, tapi baru beberapa hari, Adnil mengundurkan diri. Katanya, lombanya terlalu mendadak, dan materinya belum pernah ia kuasai. Ya memang sih, kurang nekat apa persiapan lomba baru dimulai saat H-7? Akhirnya pilihan jatuh ke Faisal Rahman (Ical) yang kelak justru menjadi ladang ide buat argumen kami. Kami pun melakukan persiapan di H-3. Iya tau kok, memang nggak tau diri.

Singkatnya, kami pun menang. Krik. Krik. Terus lolos ke babak nasional. Tapi kemenangan kami jauh lebih bermakna dari sekadar kemenangan. Karena, kami jadi saling dipertemukan satu sama lain. I got to know Rafif better, dan yang awalnya gue gak terlalu kenal sama Ical, jadi kenal banget. Mungkin kami bisa secocok itu karena satu kesamaan yang menjadi karakteristik kami: idealis. Kami mulai membangun visi, banyak berdiskusi, makin, makin, dan makin dekat. Sampai akhirnya kami berpisah. Yang awalnya kami bertiga mau menguning bersama di kampus perjuangan, akhirnya hanya gue dan Ical yang benar-benar menguning. Rafif yang keterima di UGM dan Unpad, akhirnya memilih untuk menjadi perjaka Bandung.

Rafif sedih banget waktu itu, begitu juga gue dan Ical. Tapi, ada semacam perasaan yang menyeruak, muncul tiba-tiba, yang intinya membuat gue sedikit lega. Entah kenapa, waktu itu gue pikir memang begitulah jalannya. Allah punya rencana yang terbaik buat Rafif, and it's proven now.

Sekarang gue yang malu. Gue yang ngerasa belum berbuat apa-apa. Jangankan Indonesia, mewakili diri sendiri aja belum loh, selama kuliah. Rasanya, ya, itu. Seperti ditampar bolak-balik. Padahal, visi kita sama, tujuan kita sama, tapi Rafif yang punya keberanian terbesar untuk melangkah duluan.

Gue bangga jadi sahabat dia. Dulu, sekarang, dan seterusnya, gue akan selalu bangga. Rafif memang dari kecil udah menunjukkan potensinya. Dia menang lomba sana sini--speech, debate, story telling, MUN. Tabungannya penuh dari hasil jerih payahnya sendiri. Dan yang gue kagumi, dengan semua prestasinya, dia masih sangat loyal dengan orang-orang terdekatnya. Sangat. Dia juga terpilih jadi duta sekolah waktu SMA, meskipun aslinya......dia agak bad boy. Dan sekarang, meskipun beda jalan dan tempat, dia gak pernah absen tiap kali gue butuh apa-apa. Dan lagi, gue, Rafif, dan Ical sama-sama tau, jalan yang kami ambil boleh aja berbeda sekarang, tapi tujuan kami tetap satu. Dan itu untuk Indonesia, yang entah bagaimana dan mengapa sangat kami cintai. Gue belajar banyak hal dari mereka, termasuk satu hal:

Sahabat yang baik akan membawa sahabat-sahabatnya ke jalan yang juga lebih baik, dengan ataupun tanpa sadar.

Seperti halnya Rafif, yang dengan prestasinya membuat gue nggak lelah memperbaiki diri.

Sekali lagi, selamat ya, Rafif!
Harumkan nama bangsa di negeri seberang samudera, kobarkan semangat merah putih, dan gaungkan sekeras-kerasnya lagu Indonesia Raya.

Hacn akan segera menyusul :-)

Ical, Hazna, dan Rafif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar