Rabu, 20 Maret 2013

Berputar

Beberapa waktu yang lalu, ingat banget, gue, Rizky, Tiara, Ayu, dan Mely baru mulai perjalanan ke bandara buat nganter Adnil yang saat itu mau exchange ke Polandia. Kebetulan Adnil naik mobil keluarganya yang udah berangkat duluan. Mely nyetir di depan, sebelahan sama Rizky. Sedangkan gue duduk di bangku belakang supir, Tiara di tengah-tengah, dan Ayu di bangku belakang Rizky. Kondisi ketika itu, gue lagi sibuk marcall-in kementerian buat event di tempat magang, Rizky belajar buat UAS lusanya, Mely konsentrasi menyetir, dan Tiara sibuk ngoceh tanpa peduli siapa yang dengerin. Ayu, yang sedari tadi hanya menimpali ocehan Tiara, akhirnya berucap...

"Kok sekarang kita beda banget sih? Kak Hazna makin sibuk, Kak Iky ada ada ajalah belajar, tupai satu di sebelah makin bori, rasanya dulu kalau kita semobil fokus kita cuma satu deh. Dan itu buat bareng-bareng."

Bahkan Ayu terang-terangan bilang gue berubah. Gue terlihat lebih tenang, katanya. Posisi 'terbori' se-grup Kambing gue patut dipertanyakan, dan bisa jadi kemungkinan berikutnya adalah gue harus siap dikudeta Tiara. Saat itu gue mikir, mungkin memang sudah saatnya. Bisa jadi, detik itu memang turning point kita. We cannot stay like a child forever, rite?

Semuanya gue biarkan mengalir. Sampai ke bandara dan ketemu Adnil. Sampai kita tiba di penghujung hari, dan memulai perjalanan pulang. Dan gue sadar....

Tiba-tiba kita udah ketawa bareng-bareng lagi. Tiara tetap ngoceh, tapi yang berbeda, ditambah dapat bully dari kita berempat. We made such a freak video in the car. Rizky kapok belajar. Gue juga gak mungkin marcall malem-malem. Dan kita kembali lagi seperti dulu, seakan-akan memang tidak ada yang berubah.

Tiba di rumah, gue kembali hampa.

Kita bisa aja berputar jadi diri yang bukan kita. Mungkin, yang terjadi, kita memang sengaja berputar. Agar tetap hidup. Tapi, saat kita benar-benar 'pulang', ya.... Kita memang tidak akan bisa menjadi orang lain di tengah keluarga sendiri, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar