Jumat, 22 Februari 2013

Adnil Nuril Fahmi

Something bad happened to my dad today. And I was really shocked......... Cuma bisa bersyukur Allah masih menyelamatkan nyawa papa. Makasih, ya Allah. Makasih. Alhamdulillah. Gaktau lagi bisa ngomong apa.

Dan Adnil, yang memang gak pernah absen dalam segala hal yang terjadi dalam hidup gue, played his role again. He calmed me down, made me settled, like he always did. Allah, makasih udah ngasih Hacn seorang Adnil.

I first met him when I was a freshman in senior high school. Berhubung sekolah gue adalah bedol desa murid-murid SMP 1 Bekasi, dan Adnil adalah salah satunya, namanya adalah salah satu yang terdengar paling mendominasi. Adnil, Adnil, dan Adnil. Pertama kali kita ngobrol adalah pas kita lagi tahap seleksi masuk OSIS, dan..... di luar dugaan, ADNIL JUTEK PARAH. He did not even stare at my eyes while we were talking. Ini anak mentang-mentang famous kenapa sombong gini sih, gitu pikir gue waktu itu. Kita gak pernah bener-bener ngomong sejak saat itu. Yang jelas akhirnya kami sama-sama keterima OSIS dan juga berada dalam kepanitiaan yang sama, OASIS III--pensi SMA 1 Bekasi. What happened later is a bit surprising. Ceritanya ada temen gue naksir Adnil gitu, terus dia ceritain Adniiiiil mulu ke gue. Tiba-tiba suatu hari orang ini ngejutekin gue tanpa alasan. Gue bingung, kemudian mulai menginterogasi dia dengan pertanyaan yang kurang lebih "apa salah gue?"

"Adnil nanyain lo, Haz. Dia tanya lo orangnya kayak apa. Udah punya pacar atau belum. Tau, ah. Dia suka kali tuh sama lo."

JEGERRR.

Gue antara mau ngakak guling-guling, prihatin, sama keheranan sendiri. Jauuuuuh setelah itu, kini, saat Adnil menjadi salah satu orang terpenting dalam hidup gue, dia cerita. "Nih ya Cen, gue kalo pertama ngobrol sama cewe yang menarik, or I do like, emang jadi suka salting."

Kurang lebih begitulah. Dan detik itu juga gue langsung ngakak abis-abisan depan muka dia. Gue semprot dia pake cerita-lama-saat-pertama-bertemu itu. Dan dia cuma bisa cengar-cengir gak jelas sambil mengumpat sesekali, menyesal mungkin kelepasan ngomong. Gue puas banget.

Well, balik lagi ke saat itu. Bahkan di OSIS maupun OASIS, we rarely talked to each other. Sampai....... Seseorang datang. Murid pindahan, namanya Tiara Rachmaniar. Dan dia adalah pacar Adnil selama kurang lebih dua tahun, cuma kebetulan waktu itu lagi putus. Dan cerita dimulai sejak saat itu.

Tiara akhirnya memutuskan untuk masuk OASIS, dan entah bagaimana, gue jadi deket banget sama dia. Aneh, padahal dari awal gue pikir gue pasti gak akan nyambung sama another-famous-one ini. Dan kedekatan dengan Tiara, pun membawa gue ke pertemuan-pertemuan lain. Utari dan Rizky Alfiandri adalah dua orang yang gue kenal berikutnya.

Yang lucu, sebenarnya dulu kami saling tidak menyukai satu sama lain. Atau mungkin lebih bisa dibilang duluan merasa tidak cocok. Karena kami sangat berbeda satu sama lain. Ya, berbeda. Utari bintang sekolah, anak OSN Matematika, ganteng parah dengan rambut kribo dan gaya boyish-nya tapi bagai malaikat jelita turun dari surga pas pake kerudung, dijuluki sebagai yang terjenius, jago main basket, bisa segalanya, famous parah. Tiara jangan ditanya. Dia bak Putri Indonesia, cantik, lembut, gemulai, pintar, supel, dan berikutnya dia berhasil terseleksi sebagai salah satu yang diberangkatkan ke Amerika selama setahun. You know that program, AFS/YES. Rizky. HALAH, orang ini. Seseorang yang "amat berkecukupan", sarkas, gila fashion, ya kurang lebih tipe-tipe high class yang emang nyasar banget masuk SMA 1.

Adnil Nuril Fahmi. Kemudian menjadi ketua OSIS Periode 2011/2012. Dia orang yang entah dengan sihir apa bisa menghidupkan seluruh organisasi di sekolah. Orang-orang bisa terperangah, terdiam, saat dia berdiri di atas stage, giving his speech. Kharismatik, sangat. A very great speaker and leader. Entahlah, bingung juga bagaimana mendeskripsikan orang satu ini. Bingung juga nyari cewe yang gak mau sama dia. Sayangnya, he is unavailable, sampai dia mapan. Dia laki-laki dengan prinsip.

Bagaimana pun orang memandang Adnil, gue cuma tau dia Adnil, Adnil sahabat gue. Yang entah bagaimana, Allah, dengan kuasa-Nya, mendekatkan kami hingga seperti ini. Gue cuma tau dia Adnil sahabat gue, yang selalu nemenin gue tiap pagi makan mie di kantin. Yang dengan sukarela gue lantik sebagai tukang anter-jemput, ke sekolah, tempat les, mall, dan tempat-tempat lain dengan Scorpion-nya. Yang sejak dekat sama gue jadi punya sahabat baru bermerk Nissan Grand Livina. Yang temperamennya kalo udah di jalan sama sekali gak ada bedanya sama bokap. Yang suka tiba-tiba dateng ke rumah bawain J.Co atau Pempek Gaby, atau minta temenin makan di Bebek Pak Slamet. Yang langsung ke rumah setelah jam pulang sekolah pas gue gak masuk karena sakit, plus gak lupa bawain es duren favorit gue. Yang selalu nyuruh gue cepat menutup aurat dari dulu. Yang bersedia setiap langkahnya gue buntutin. Yang begitu tabah menghadapi sifat manja gue, even makan pun masih suka dia yang suapin, padahal dua tangan gue alhamdulillah masih utuh. Yang selalu berdiri di depan gue tiap kali gue menghadapi masalah. Yang selalu nuntun gue pas nyeberang jalan, padahal gue udah termasuk mandiri banget dalam hal itu. Yang gak pernah lupa sama gue dan sahabat-sahabat lainnya saat berpergian ke kota/negara lain, seringkali tiba-tiba udah di depan rumah dengan sekotak bakpia rasa keju dari Jogja yang superrrrr enak! Yang selalu ada di samping gue saat gue sedih atau nangis, menghormati gue dengan gak kontak fisik, tapi mampu menenangkan. Yang selalu siap sedia mendengar keluh kesah gue, kapanpun, di manapun. Yang prestasinya selalu membuat gue kecil hati, tapi juga membuat gue mampu melangkah lebih baik. Yang nemenin gue ke Jogja cuma buat tes UGM, dan terus-menerus mereload webpage-nya dari H minus kesekian dari tanggal result announcement yang ditetapkan. Yang setiap kata-katanya selalu gue dengarkan dan resapi ke dalam hati, meski seringkali bertengkar karena kepala yang sama-sama terbuat dari batu. Yang dulu, dari Senin sampai Minggu, selalu gue lihat wajahnya. Yang dengan seenaknya suka tiba-tiba numpang masak sarapan/makan di rumah, atau masuk dan tidur-tiduran di kamar gue cuma buat nonton tv. Yang sweetness level-nya terkadang suka melebihi batas dan bikin orang lain salah kaprah. Yang rela-relain ke rumah pas gue lagi tidur sebelum balik ke Jogja, cuma buat nitip kado ulang tahun gue ke nyokap. Yang dengan gue sebut namanya aja, bokap gak mungkin protes kalo gue diajak keluyuran ke mana-mana. Yang sekarang pun, meski jauh, masih, dan akan selalu gue sampahi dengan voicenote-voicenote curhatan gue tanpa henti. Yang sekali lagi, gak pernah absen dari hidup gue. Di saat senang ataupun sulit.

Kadang gue cuma pengen keluar dari kamar dan ngeliat Adnil udah duduk di ruang tamu, terus dengan santainya gue tinggal mandi. Saat siap, gue bisa menemukan dia di ruang makan--makan sama nyokap, atau nemenin adik gue, Ai, main psp di ruang keluarga.


Dan dia gak pernah berubah.

"...Terlalu banyak doa gue buat lo, Cen. Gue selalu berdoa buat sahabat gue yang satu ini, si bocah yang selalu ada buat orang-orang di sekitarnya, yang selalu mencoba mengerti kesulitan orang lain, dan yang selalu ngangenin. Terlebih buat gue. Gue pun udah nggak paham lagi gimana cara ngebales kebaikan-kebaikan lo sama gue khususnya. Yang terbaik yang bisa gue kasih ke lo adalah doa gue: "Ya Allah ya Rabb, jagalah sahabatku. Karuniailah dia dengan kebahagiaan. Sertailah langkah-langkahnya. Ridhoi mimpi-mimpinya. Ya Allah, naungilah dia dalam kasih dan sayangmu. Peliharalah dia di dunia dan di akhirat." Tetaplah menjadi anak kebanggaan papa mama. Tetaplah menjadi Hazna yang sayang Duhers. Sukses semuanya. Dilancarkan jenjang pendidikannya, jodohnya juga! There's no other word can describe how you really meant to me."

Sepenggal yang selalu mengingatkan gue, bahwa gue punya sahabat. Yang tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Salah seorang yang paling gue sayang. Yang setiap langkahnya ke arah kebaikan akan senantiasa gue ikuti. Terima kasih, Adnil Nuril Fahmi.

Note: Adnil terganteng satu angkatan, tapi gak photogenic. I feel so sorry about it.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar