Jumat, 11 Januari 2013

Saya Bingung Mau Kasih Judul Apa

Pupus sudah. Pupus sudah semuanya. Nilai akhir satu per satu terpublikasi di situs universitas. Dan saya bingung mau berkomentar apa.

Pertama, saya sudah mengkalkulasi IP tertinggi yang bisa saya dapat. Dan hasilnya................ /titik-titik tak terbatas/ Saya tidak mau mencari excuse, meski saya bisa saja menyalahkan orang lain. Misal, lima dari tujuh dosen saya memang sudah memiliki track record buruk dalam memberikan penilaian pada anak didiknya. Oke, kunci. Saya juga bisa menyalahkan diri saya sendiri. Karena semester satu ini saya masih sering ngawang sendiri, berharap bisa balik ke masa-masa indah saya di SMA. Berharap tidak ditinggalkan sendiri di lingkungan yang sama sekali baru ini. Sampai sekarang saya masih gak habis pikir kalau saya sudah benar-benar melewati satu semester tanpa orang-orang yang saaaangat saya sayangi. Menjalani semuanya. Sendiri. Kunci. Saya juga nekat ambil beberapa kepanitiaan yang cukup menguras waktu dan pikiran. Kunci. Yang paling vital, di atas itu semua, saya menyadari bahwa kemarin saya masih sangat bocah. Kenapa?

Saya gak mikirin mama papa yang mahal-mahal kuliahin saya. Saya mikirin, sih. Tapi tetep gak berbuat apa-apa.

Saya gak lagi tergoda untuk meraih mimpi-mimpi saya.

Semua itu hanya karena saya cuma bocah yang manja. Yang nggak mau berusaha, beralasan lingkungan yang tidak mendukung.

Saya gak pernah belajar, di saat temen saya yang udah ditakdirin jenius aja masih bangun lewat tengah malam buat ngulang pelajaran. Dikasih pr, saya ogah-ogahan. Dosen-yang-tidak-pernah-membuat-muridnya-mengerti-pelajaran menerangkan, saya bukannya berusaha tetap mencoba untuk memahami dengan memperhatikan, malah asik sendiri nyoret-nyoret kertas.

Terkadang ada saat di mana kita tau apa yang harus kita lakukan, tetapi kita tidak pernah benar-benar melakukannya. Bukan karena tidak bisa, tetapi tidak ingin.



Kunci.


Kasus saya terhenti menjelang UAS. Saya berusaha mati-matian, saya akui. Saya berani mengatakan bahwa saya melakukan usaha yang terbaik. Dan alhamdulillah, hasilnya cukup membantu nilai secara keseluruhan. Tetapi tetap tidak cukup. Mungkin saya takabur kalau bilang apa yang saya dapat tidak cukup. Masalahnya, saya berutang kepada mama. Berutang satu hal yang tidak mungkin akan dapat saya tepati apabila terjadi hal buruk di luar kuasa saya.

Allah, Hazna boleh minta? Untuk mama. Untuk papa. Untuk-Mu. Tolong. Tolong izinkan saya untuk menepati janji itu...

Selalu ada hikmah yang dapat diambil. Dan saya udah nangkep maksud Allah melakukan ini pada saya........ sumpah ini gila abis. Tapi tidak mungkin terjadi secara kebetulan kan. Jadi, challenge accepted!

Saya mau coba memperbaiki semua. Bukan hanya untuk diri saya sendiri, bukan hanya untuk mama papa, keluarga, sahabat-sahabat saya, bukan juga hanya untuk orang-orang di sekitar saya.


Kini saya sudah kembali dapat bermimpi manis.

1 komentar:

  1. Semangat sayang! Hal buruk datang lebih cepat untuk membuat semester 2mu menjadi lebih baik :):)

    Haznaku kuat, dan pasti bisa jadi lebih baik! Keep running with all your heart and might, jangan pernah liat kanan-kiri dan yakin kalo kamu pasti bisa!

    Much love<3

    BalasHapus