Selasa, 05 November 2013

I Hate

Saya lupa kapan terakhir kali merasakan hal seperti ini. Rasanya seperti..... ingin menangis. Tapi tidak bisa. Kenapa ingin menangis? Pun, tidak tau. Hanya saja, belakangan tubuh menolak melakukan hal yang otak perintah.

Di saat begini, cuma butuh ada yang menemani. Dan biasanya, Haryo Pangestu--orang itu--tidak pernah absen. Tapi, ya, toh sekarang orangnya sedang berkeliling Jakarta.

And here comes Adnil, untuk yang kesekian kalinya hari ini menge-chat, "Cen, kangen."

Untuk yang ketiga kalinya, mungkin, dan selalu saya tanggapi sedewasa mungkin.

Adnil, I won't let you know that I, here, need you even more. I miss you even more, too.

Mereka bilang perbedaan antara orang introvert dan extrovert itu terletak di bagian dari mana mereka mendapatkan energi untuk hidup--bukan pendiam atau ekspresif seperti yang kebanyakan orang tau, itu tendensi. Seorang introvert mendapatkan energi dari dalam--jadi, selama ia belum mati, ia dapat hidup. Meanwhile, seorang extrovert hidup dengan mendapatkan energi dari sekitar. No other people equals to death. It's their existences, smiles, laughter, even mess they create, that keeps you alive.

And sometimes, I hate the fact that I am an extrovert. I hate the fact that I need people, to keep me alive.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar